Senin, 08 Oktober 2012

Menyundul Bola, Merusak Otak ?


Anda hobi bermain bola ? Menyundul bola dalam olahraga sepak bola merupakan salah satu strattegi untuk meng-gol kan bola ke gawang. Namun berhati – hatilah, karena aktivitas menyundul bola terlalu sering berbahaya bagi otak. Hal tersebut dibuktikan melalui pemindaian otak yang dilakukan pada 32 orang pemain bola amatir. Hasilnya ditemukan pola kerusakan otak yang mirip dengan yang dialami pasien geger otak.


 
            Terlalu sering menyundul bola juga diduga menjadi pemiu kematian pemain sepak bola Inggris, Jeff Astle (59) di tahun 2009. Ia didiagnosis menderita gangguan kognitif setelah bertahun – tahun jadi pemain bola professional. Hasil pemeriksaan koroner menunjukkan kematiannya dipicu oleh penyakit degenerative pada otak akibat terlalu sering menyundul si kulit bundar.

 Meski bola sekarang ini dipakai dalam sepak bola lebih ringan dibanding bola di era tahun 1960an ketika Astle masih aktif bermain, tetapi sebenarnya masih cukup berat. Seorang pemain bola bisa berlari dalam kecepatan 56 km / jam dalam permainan biasa dan lebih cepat lagi saat bertanding professional. Namun banyan yang sangsi menyundul bola cukup kuat menyebabkan cedera otak.

Dalam riset yang dilakukan oleh dr. Michael Lipton dari Montefiero Medical Center, ia berusaha mengungkap dampak dari terlalu seringnya kepala menyundul bola. Para peneliti menggunakan pemindai otak khusus yang dirancang untuk memvisualisasika jaringan saraf dan otak. Sebanyak 32 partisipan studi ini ditanya seberapa sering mereka menyundul bola baik saat latihan ataupun bertanding. Hasilnya mereka yang paling sering menyundul bola, yakni 1.000 kali dalam setahun, memiliki tanda cedera traumatik pada otak yang lebih kentara. Ada 5 area otak yang cedera , yakni, bagian otak depan dan belakang tengkorak kepala. Ini merupakan bagian yang memproses perhatian, ingatan, fungsi eksekutif dan fungsi penglihatan.

“Dampak negative tersebut terjadi karena terlalu seringnya menyundul bola. Akibatnya adalah sel – sel otak mengalami degenerasi”, kata Lipton. Gangguan lain dari efek cedera tersebut adalah para partisipan memiliki hasil tes yang buruk dalam bidang kemampuan kognitif seperti memori verbal dan kecepatan bereraksi.

*dikutip dari majalah Cegak edisi Desember 2011 yang diterbitkan oleh RSUP M.Djamil Padang.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar