Segala yang praktis sepertinya menyenangkan. Kehadiran
suplemen seolah memberikan jawaban praktis untuk memenuhi kebutuhan vitamin dan
mineral tubuh. Namun, betulkah tubuh kita perlu suplemen?
Vitamin
dan mineral merupakan zat gizi yang diperlukan tubuh. Vitamin dapat
meningkatkan daya tahan tubuh sehingga dapat terhindar dari penyakit. Mineral
seperti kalsium dan zat besi memegang peranan penting dalam pemeliharaan fungsi
tubuh. Kekurangan keduanya akan menyebabkan masalah dalam tubuh namun kelebihan
pun bisa menimbulkan masalah juga,
Vitamin
dan mineral sebenarnya bisa diperoleh dalam berbagai bahan makanan. Namun,
karena pola makan yang tidak seimbang, banyak orang yang mengalami kekurangan
kedua zat gizi ini. Untuk memenuhi kekurangannya, sebagian orang mengonsumsi
suplemen yang dijual bebas di pasaran. Mengonsumsi suplemen tidak boleh
sembarangan, takarannya pun harus diperhatikan.
Sebelum
mengonsumsi suplemen, seseorang perlu mengetahui kecukupkan zat gizi yang
dikonsumsinya sesuai kebutuhan. Selama ini cara yang paling mudah dengan
melihat tanda klinis yang muncul akibat kekurangan zat gizi tertentu. Namun,
hal ini tidak dianjurkan, karena jika tanda klinis sudah muncul, biasanya
kerusakan tersebut sudah tidak bisa diperbaiki. Kita mesti mengukur jumlah zat
gizi yang dikonsumsi dengan Angka Kecukupan Gizi (AKG). Cara ini memiliki
perhitungan yang rumit, yang hanya bisa dilakukan oleh ahli gizi.
Menurut
Ir. Ahmad Syafiq, MSc, PhD, dosen Jurusan Gizi FKM UI, pendekatan yang cukup
sederhana dengan melihat keragaman makanan kita yang mestinya terdiri dari
karbohidrat sebagai sumber energy, sumber protein seperti daging, sumber zat
pengatur seperti sayuran dan buah. Sederhananya, kita mengenal slogan “Empat Sehat, Lima Sempurna”.
Suplemen di Masa
Reproduksi
Pada
masa hamil dan menyusuim wanita memerlukan gizi lebih dari pada biasanya,
misalnya tambahan vitamin D untuk kesehatan bayinya. Menurut riset di McGill
University, vitamin D memiliki peranan penting untuk perkembangan janin.
Vitamin D bisa diperoleh dari konsumsi susu dan sinar matahari. Namun beberapa
penelitian membuktikan bahwa pemberian multivitamin dan mineral hanya di masa
hamil sebenarnya tidak terlalu optimal.
Suplemen di Masa
Tua
Penuaan merupakan proses alamiah yang tidak bisa
dihentikan. Banyak suplemen dan kosmetik mengklaim bisa mengurangi laju proses
penuaan, tetapi efeknya bisa bervariasi pada tiap individu. Kebutuhan vitamin E
dan anti oksidan sebenarnya hanya sekitar 15 mg/harinya. Namun ada beberapa kondisi
yang mengharuskan kita untuk mengkonsumsi anti oksidan lebih banyak. Misalnya,
pada perokok memerlukan anti oksidan 3 kali lipat lebih besar dibanding orang
yang tidak merokok.
Kapan Wanita
Perlu Suplemen?
Kita
memerlukan suplemen jika konsumsi vitamin dan mineral kita kurang dari yang
diperlukian. Namun pada kondisi khusus memerlukan tambahan vitamin atau mineral
misalnya setelah operasi atau dalam proses penyembuhan. Wanita yang sedang
menstruasi biasanya kehilangan zat besi sehingga ada bainmya mengonsumsi sumber
zat besi seperti daging merah atau suplemen penambah darah. Beberapa penelitian
menunjukkan bahwa mengonsumsi suplemen vitamin E bisa mengurangi gelaja pre-menstrual syndrome (PMS).
Jadi,
mari periksa kembali apakah pola konsumsi vitamin dan mineral kita sudah
mencukupi? Bila diperlukan mengonsumsi suplemen, pilihlah multivitamin dan
suplemen yang kombinasi sebab adanya saling ketergantungan antar zat gizi.
Sembarangan mengonsumsi suplemen, justru bikin kita rugi. Selain mubazir,
suplemen yang berlebihan juga bisa merusak fungsi organ tubuh kita. Salam Sehat
!
Tidak ada komentar:
Posting Komentar