Sabtu, 19 April 2014

Bijak Mengkonsumsi Suplemen

Segala yang praktis sepertinya menyenangkan. Kehadiran suplemen seolah memberikan jawaban praktis untuk memenuhi kebutuhan vitamin dan mineral tubuh. Namun, betulkah tubuh kita perlu suplemen?
            Vitamin dan mineral merupakan zat gizi yang diperlukan tubuh. Vitamin dapat meningkatkan daya tahan tubuh sehingga dapat terhindar dari penyakit. Mineral seperti kalsium dan zat besi memegang peranan penting dalam pemeliharaan fungsi tubuh. Kekurangan keduanya akan menyebabkan masalah dalam tubuh namun kelebihan pun bisa menimbulkan masalah juga,
            Vitamin dan mineral sebenarnya bisa diperoleh dalam berbagai bahan makanan. Namun, karena pola makan yang tidak seimbang, banyak orang yang mengalami kekurangan kedua zat gizi ini. Untuk memenuhi kekurangannya, sebagian orang mengonsumsi suplemen yang dijual bebas di pasaran. Mengonsumsi suplemen tidak boleh sembarangan, takarannya pun harus diperhatikan.
            Sebelum mengonsumsi suplemen, seseorang perlu mengetahui kecukupkan zat gizi yang dikonsumsinya sesuai kebutuhan. Selama ini cara yang paling mudah dengan melihat tanda klinis yang muncul akibat kekurangan zat gizi tertentu. Namun, hal ini tidak dianjurkan, karena jika tanda klinis sudah muncul, biasanya kerusakan tersebut sudah tidak bisa diperbaiki. Kita mesti mengukur jumlah zat gizi yang dikonsumsi dengan Angka Kecukupan Gizi (AKG). Cara ini memiliki perhitungan yang rumit, yang hanya bisa dilakukan oleh ahli gizi.
            Menurut Ir. Ahmad Syafiq, MSc, PhD, dosen Jurusan Gizi FKM UI, pendekatan yang cukup sederhana dengan melihat keragaman makanan kita yang mestinya terdiri dari karbohidrat sebagai sumber energy, sumber protein seperti daging, sumber zat pengatur seperti sayuran dan buah. Sederhananya, kita mengenal slogan “Empat Sehat, Lima Sempurna”.

Suplemen di Masa Reproduksi
            Pada masa hamil dan menyusuim wanita memerlukan gizi lebih dari pada biasanya, misalnya tambahan vitamin D untuk kesehatan bayinya. Menurut riset di McGill University, vitamin D memiliki peranan penting untuk perkembangan janin. Vitamin D bisa diperoleh dari konsumsi susu dan sinar matahari. Namun beberapa penelitian membuktikan bahwa pemberian multivitamin dan mineral hanya di masa hamil sebenarnya tidak terlalu optimal.

Suplemen di Masa Tua
            Penuaan merupakan proses alamiah yang tidak bisa dihentikan. Banyak suplemen dan kosmetik mengklaim bisa mengurangi laju proses penuaan, tetapi efeknya bisa bervariasi pada tiap individu. Kebutuhan vitamin E dan anti oksidan sebenarnya hanya sekitar 15 mg/harinya. Namun ada beberapa kondisi yang mengharuskan kita untuk mengkonsumsi anti oksidan lebih banyak. Misalnya, pada perokok memerlukan anti oksidan 3 kali lipat lebih besar dibanding orang yang tidak merokok.

Kapan Wanita Perlu Suplemen?
            Kita memerlukan suplemen jika konsumsi vitamin dan mineral kita kurang dari yang diperlukian. Namun pada kondisi khusus memerlukan tambahan vitamin atau mineral misalnya setelah operasi atau dalam proses penyembuhan. Wanita yang sedang menstruasi biasanya kehilangan zat besi sehingga ada bainmya mengonsumsi sumber zat besi seperti daging merah atau suplemen penambah darah. Beberapa penelitian menunjukkan bahwa mengonsumsi suplemen vitamin E bisa mengurangi gelaja pre-menstrual syndrome (PMS).

            Jadi, mari periksa kembali apakah pola konsumsi vitamin dan mineral kita sudah mencukupi? Bila diperlukan mengonsumsi suplemen, pilihlah multivitamin dan suplemen yang kombinasi sebab adanya saling ketergantungan antar zat gizi. Sembarangan mengonsumsi suplemen, justru bikin kita rugi. Selain mubazir, suplemen yang berlebihan juga bisa merusak fungsi organ tubuh kita. Salam Sehat !

Tidak ada komentar:

Posting Komentar