Siwak sebelumnya
telah digunakan dalam berbagai macam kultur dan budaya di seluruh dunia, namun
pengaruh penyebaran agama Islam dan penerapannya untuk membersihkan gigi yang
paling berpengaruh. Rasulullah SAW bersabda : “Seandainya tidak memberatkan
ummatku niscaya akan kuperintahkan mereka untuk bersiwak setiap akan sholat
(dalam riwayat lain : setiap akan berwudhu’).” Selain itu di hadist lain
ditemukan : “Siwak adalah pembersih mulut dan sebab ridhanya Rabb”. (HR. Ahmad dan Ibnu Majah)
Siwak berfungsi mengikis dan
membersihkan bagian dalam mulut, ia lebih dari sekedar menyikat gigi biasa,
karena selain memiliki serat batang yang elastis dan tidak merusak gigi
walaupun di bawah tekanan yang keras, siwak juga memiliki kandungan alami antimikrobial
dan antidecay system (sistem antipembusuk). Batang siwak yang
berdiameter kecil, memiliki kemampuan fleksibilitas yang tinggi untuk menekuk
ke daerah mulut secara tepat dan dapat mengikis plak pada gigi. Siwak juga aman
dan sehat bagi perkembangan gusi.
El-Mostehy dkk (1998) melaporkan
bahwa tanaman siwak mengandung zat-zat antibakterial. Darout et al.
(2000) Melaporkan bahwa antimikrobial dan efek pembersih pada miswak telah
ditunjukkan oleh variasi kandungan kimiawi yang dapat terdeteksi pada
ekstraknya. Efek ini dipercaya berhubungan dengan tingginya kandungan Sodium
Klorida dan Pottasium Klorida seperti salvadourea dan salvadorine,
saponin, tannin, vitamin C, silika dan resin, juga cyanogenic glycoside dan
benzylsothio-cyanate. Hal ini dilaporkan bahwa komponen anionik alami
terdapat pada spesies tanaman ini yang mengandung agen antimikrobial yang
melawan beberapa bakteri. Nitrat (NO3-) dilaporkan
mempengaruhi transportasi aktif porline pada Escherichia coli seperti
juga pada aldosa dari E. coli dan Streptococcus faecalis.
Nitrat juga mempengaruhi transport aktif oksidasi fosforilasi dan pengambilan
oksigen oleh Pseudomonas aeruginosa dan Stapyhylococcus aureus
sehingga terhambat.
Menurut hasil penelitian Gazi et
al. (1987) ekstrak kasar batang kayu siwak pada pasta gigi yang dijadikan
cairan kumur, dikaji sifat-sifat antiplaknya dan efeknya terhadap komposisi
bakteri yang menyusun plak dan menyebabkan penurunan bakteri gram negatif
batang.
Siwak juga sangat efektif
sebagai alat pembersih mulut. Almas (2002) meneliti perbandingan pengaruh
antara ekstrak siwak dengan Chlorhexidine Gluconate (CHX) yang sering
digunakan sebagai cairan kumur (mouthwash) dan zat anti plak pada dentin
manusia dengan SEM (Scanning Electron Microscopy). Almas melaporkan
bahwa 50% ekstrak siwak dan CHX 0,2% memiliki efek yang sama pada dentin
manusia, namun ekstrak siwak lebih banyak menghilangkan lapisan noda-noda (Smear
layer) pada dentin.
Sebuah penelitian tentang Periodontal
Treatment (Perawatan gigi secara berkala) dengan mengambil sampel terhadap
480 orang dewasa berusia 35-65 tahun di kota Makkah dan Jeddah oleh para
peneliti dari King Abdul Aziz University Jeddah, menunjukkan bahwa Periodontal
Treatment untuk masyarakat Makkah dan Jeddah adalah lebih rendah daripada
treatment yang harus diberikan kepada masyarakat di negara lain, hal ini
mengindikasikan rendahnya kebutuhan masyarakat Makkah dan Jeddah terhadap Periodontal
Treatment.
Selain
efek-efek higienis, siwak juga menstimulasi BAS (Biologically Active Spots =
Titik Aktif Biologis) yang terletak di antara gigi dan gusi. Titik-titik ini
mengatur enam organ (telinga, mata, hidung, lidah, dan oesophagus (saluran
makanan dari mulut ke perut), tiga pasang cells (wedge shaped, rahang atas,
ethmoid), sinus, sendi temporal rahang bawah, dan 28 saraf tulang belakang yang
mengatur fungsi-fungsi secara praktis semua organ, otot, dans endi pada
ekstremitas atas dan bawah. Titik-titik yang sama mengatur fungsi sejumlah
organ seperti empedu dan kantong empedu, liver, ginjal, perut, pancreas, limpa,
paru-paru, jantung, usus besar dan usus kecil.
Menurut laporan Lewis (1982),
penelitian kimiawi terhadap tanaman ini telah dilakukan semenjak abad ke-19,
dan ditemukan sejumlah besar klorida, fluor, trimetilamin dan resin. Kemudian
dari hasil penelitian Farooqi dan Srivastava (1990) ditemukan silika, sulfur
dan vitamin C. Kandungan kimia tersebut sangat bermanfaat bagi kesehatan gigi
dan mulut dimana trimetilamin dan vitamin C membantu penyembuhan dan perbaikan
jaringan gusi. Klorida bermanfaat untuk menghilangkan noda pada gigi, sedangkan
silika dapat bereaksi sebagai penggosok. Kemudian keberadaan sulfur dikenal
dengan rasa hangat dan baunya yang khas, adapun fluorida berguna bagi kesehatan
gigi sebagai pencegah terjadinya karies dengan memperkuat lapisan email dan
mengurangi larutnya terhadap asam yang dihasilkan oleh bakteri.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar