Uhuk..uhuk..uhuk!
Batuk nampaknya penyakit ringan, tapi kerapkali menjengkelkan. Jika batuk yang
Anda alami bukan dari gejala suatu penyakit lain, misalnya TBC atau asma,
keluhan ini bisa diredakan dengan obat batuk yang bisa dibeli tanpa resep. Tapi
dengan banyaknya merek obat yang beredar dan iklan yang gencar di
televisi, memilih obat batuk bukanlah hal yang gampang.
Batuk
sebenarnya adalah refleks normal tubuh akibat rangsangan selaput lendir di
daerah tenggorokan, hal ini bertujuan untuk membersihkan saluran pernafasan
dari zat asing yang mengganggu. Jadi, batuk merupakan suatu mekanisme perlindungan
tubuh, namun jika berlebihan akan menjengkelkan.
Batuk
dapat dibedakan dalam dua jenis, batuk kering dan batuk berdahak. Batuk kering
biasanya bukan merupakan mekanisme pengeluaran zat asing, batuk seperti ini
tidak berguna dan harus dihentikan diperlukan obat-obat yang bekerja menekan
rangsang batuk atau dikenal dengan nama antitusif. Beberapa obat yang termasuk
jenis ini dan sering digunakan adalah dekstrometorfan, noskapin, dan kodein.
Tetapi penggunaan noskapin dan kodein umumnya menggunakan resep dokter. Jadi
jika batuk Anda memiliki keluhan batuk kering, carilah obat-obat yang berisikan
dekstrometorfan (baca komposisinya) atau berlabel antitusif.
Sebaliknya,
batuk berdahak merupakan mekanisme tubuh untuk mengeluarkan zat asing dari
saluran nafas, temasuk dahak. Batuk ini sebaiknya tidak ditekan, agar zat-zat
asing bisa dikeluarkan. Obat-obat yang bisa membantu pengeluaran dahak disebut
ekspektoran, contohnya amonium klorida, gliseril guaiakol, dll.. Obat ini
biasanya juga merangsang terjadinya batuk agar terjadi pengeluaran dahak.
Selain itu ada golongan obat yang bisa membantu mengencerkan dahak sehingga
mudah dikeluarkan yang disebut mukolitik seperti bromheksin, asetilsisitein,
dan ambroksol. Jadi, jika batuk anda berdahak, pilihlah obat-obat yang
mengandung zat tersebut.
Batuk
yang disebabkan karena infeksi virus biasanya akan sembuh sendiri, tetapi batuk
yang merupakan gejala infeksi pernafasan karena bakteri mungkin butuh waktu
lebih lama dan memerlukan tambahan obat antibiotika. Batuk jenis ini biasanya
ditandai dengan dahak yang banyak, kental dan berwarna kuning kehijauan. Kalau
Anda mengalami batuk demikian tentu perlu diperiksakan ke dokter untuk
mendapatkan pengobatan yang tepat.
Dari
segi lamanya, batuk dibedakan menjadi batuk akut (< 3 minggu), batuk subakut
(3-8 minggu), dan batuk kronis (> 8 minggu). Batuk akut dan subakut umumnya
relative ringan dan bisa sembuh sendiri, walaupun seringkali perlu penanganan
dengan obat batuk dan obat lain untuk mengurangi gejala dan menghilangkan penyebabnya.
Sedangkan batuk kronis, perlu perhatian tersendiri karena batuk kronis biasanya
adalah tanda atau gejala adanya penyakit lain yang lebih berat. Banyak penyakit
berat yang ditandai dengan batuk kronis, misalnya asma, tuberkulosis, gangguan
refluks lambung, penyakit paru obstruksi kronis, sampai kanker paru. Untuk itu,
batuk kronis harus diperiksakan ke dokter untuk memastikan penyebabnya dan
segera diatasi.
Nah, kembali ke obat batuk. Sebagian besar produk obat batuk
mencampurkan antara zat antitusif dan ekspektoran. Agak membingungkan memang,
karena kerja kedua zat tersebut dapat berlawanan. Hal ini mungkin didasarkan
pada kenyataan bahwa walaupun batuknya berdahak, tapi kerapkali juga terlalu
sering dan melelahkan pasien sehingga perlu ditekan. Namun belakangan ini
sudah mulai ada trend beberapa produsen untuk memproduksi obat batuk secara
terpisah, yaitu antitusif dan ekspektoran. Untuk itu sebaiknya dipilih obat
batuk yang sesuai dengan jenis keluhan batuk Anda. Kalau perlu belilah dua
macam obat batuk tadi dan simpan di kotak obat Anda, dan gunakan sesuai dengan
jenis batuknya. Semoga bermanfaat.