Rabu, 23 Maret 2011

Aku Sehat Karena Shalat

Saudaraku, penolong Islam yang hanif, sejak semula turunnya risalah Al-Quran ini, pesan yang dikumandangkan hanyalah untuk mewujudkan kalimatullah. “Sesungguhnya inilah umatmu, umat yang satu, dan Akulah Rabbmu, maka hendaklah kamu sekalian menyembah-Ku”(QS Al Anbiya : 92 ). Semoga tumbuh prinsip ini dalam nurani kita, bahwasanya pikiran, hati dan perenungan berujung pada penyembahan yang murni untuk Allah Sang Pemegang Janji. Dan shalat merupakan jantung penyembahan itu.

Kita pun sangat memahami bahwa kedudukan sholat dalam Islam bagaikan kedudukan kepala atas jasad. Shalat adalah pilar Islam yang kekar dan abadi. Ia juga penyejuk jiwa bagi yang menegakkannya, penenang hati, dan penghubung antar hamba dengan Tuhannya. Ia adalah tangga yang mengantarkan ruh orang – orang yang hatinya sarat dengan mahabah menuju ketinggian yang tiada batasnya. Dialah taman suci yang menghimpun berbagai kebahagiaan di alam ghaib dan nyata. Ialah kilatan cahaya bagi orang yang ingin menerangi jiwanya dan dialah kelezatan bagi orang yang ingin menikmatinya.

Manfaat shalat tidak terbatas pada keimanan saja, bahkan mencakup seluruh sisi kehidupan manusia. Setelah ia menghadirkan begitu banyak limpahan ketenangan hidup, ternyata Allah SWT menitipkan rahasia kesehatan dan penyembuhan di dalamnya. Meski tentu saja tujuan utama dari shalat adalah menegakkan penghambaan kepada Allah Azza wa Jalla.

Shalat merupakan bentuk ketaatan yang menjadi olahraga fisik. Aktivitas harian membutuhkan waktu untuk jeda sejenak, namun istirahat total dan tidur menimbulkan rasa malas, jenuh dan menghilangkan kreativitas. Pada kondisi tertentu, kita membutuhkan pergerakan karena kemungkinan terjadi varises dan nyeri punggung. Ketika shalat, terjadi pergerakan sendi dan otot dan peredaran menjadi lancar.

DR. Taufiq Elwan, dokter bedah pada FK Universitas Aleksandria melakukan penelitian dengan hasil bahwa shalat merupakan faktor penting dalam mengatasi varises. Hal ini dikarenakan gerakan shalat dapat mengurangi tekanan pada dinding urat betis yang ada di permukaan dan efektif menguatkan urat yang lemah. Melalui kajian ilmiah ditemukan bahwa tekanan dinding urang di persendian mata kaki mengalami pengurangan saat melakukan shalat. Pada saat berdiri tekanan 93,07 cm/H2o, ruku’ 49,13 cm/H2o sedangkan saat sujud mencapai 3 cm/H2o. Tekanan yang rendah dapat menyebabkan urat beristirahat dari tekanan selama berdiri.

Saudaraku, shalat yang kita tunaikan ternyata juga dapat memperkuat tulang. Tulang yang senantiasa melalui fase konstruktif dan penghancuran akan keropos seiring usia. Kekuatan tulang kembali pada kekuatan tekanan dan daya tarik yang timbul dari gerakan otot yang menyatu dengannya. Istirahat yang berlebihan akan menyebabkan tulang mudah keropos karena fase penghancuran lebih dominan dari fase konstruktif. Tujuh belas rakaat yang kita kerjakan ternyata menjadi kekuatan bagi tulang.

Gerakan shalat sangat bermanfaat untuk peredaran darah dan mencegah penumpukan darah di otak. Penelitian DR.Abdullah M Nasret, menegaskan bahwa aliran darah bertambah saat sujud karena posisi kepala lebih rendah. Kadar CO2 juga meningkat karena tekanan usus ke paru-paru sehingga membantu penambahan darah ke otak. Reaksi ganda sistem peredaran darah ke otak di saat sujud perlu dipahami dengan makna bersikap lambat (tidak terburu-buru) dalam gerakan shalat, sehingga menjadi lebih tenang pada tiap gerakan. Hal tersebut dapat memberi celah untuk mewujudkan manfaat yang diinginkan pada tiap gerakan shalat.

Sebuah penelitian oleh Lembaga Penelitian Islam Amerika menyimpulkan kestabilan jiwa yang timbul dari shalat tercermin pada perangkat kekebalan tubuh. Hal ini karena shalat dapat mengisi hati dengan iman, rasa optimis,ketentraman jiwa dan psikologis. Dengan demikian perangkat imunitas pada tubuh menjadi lebih berfungsi. Vitalitas psikologis tubuh juga memiliki hubungan dengan waktu shalat yang kita tunaikan.

Tidur terputus oleh bangun di pagi hari. Seseorang yang waktu tidur lama akan beresiko untuk terkena atherosclerosis. Salah satu pencegahannya adalah dengan bangus di malam hari “sesungguhnya bangun di waktu malam adalah lebih tepat (untuk khusys’) dan bacaan di waktu itu lebih berkesan” (QS AL Muzammil :6). yang dimaksud bangin di waktu malam adalah shalat subuh. Waktu subuh merupakan saat terpenting saat terjadinya perpindahan waktu. Sinar matahari dapat menurunkan efektivitas kelenjar pineal dan mengurangi hormone melatonin. Persiapan untuk menggunakan energy yang dibekali oleh naiknya kortizon di pagi hari 7-22) microgram/100mil.

Ketika shalat zhuhur ditunaikan, makan seorang muslim dalam keadaan menenangkan diri setelah meningkatnya hormon adrenalin dan cisteron. Kebutuhan biologis tubuh menuntut tambahan energy dan shalat dapat menenangkan rasa tegang di saat lapar. Puncak kedua meningkatnya hormon adrenalin terjadi pada waktu shalat ashar. Meningkatnya kinerja jantung menjadikan ibadah shalat sebagai pencegah timbulnya penyakit. Waktu shalat maghrib adalah perpindahan menuju gelap, saat dimana terjadi peningkatan hormone melatonin sehingga menimbulkan rasa malas dan mengantuk. Sebaliknya hormone kortizon, sirtonin dan andorpin berkurang.

Waktu shalat isya merupakan perpindahan dari waktu penuh kesibukan ke waktu istirahat, kebalikan dari shalat subuh. Waktu ini merupakan terminal tetap untuk perpindahan tubuh dari hegemoni nervous sistem yang tenang ke hegemoni sistem yang tidak tenang. Oleh karena itu, mungkin ini yang menjadi rahasia disunnahkannya mengakhirkan shalat isya sampai sesaat menjelang tidur.

Saudaraku, betapa banyak rahasia dan keajaiban shalat yang kita tunaikan sebagai wasiat Rasululllah SAW kepada umatnya. Shalat sebagai ibadah yang dikaji secara ilmiah menawarkan manfaat kesehatan bagi yang mengerjakan. Maka ambillah wudhu lalu dirikanlah sholat di setiap waktu, tatap tempat sujudmu seolah – olah Pembaca melihat Allah SWT dan yakinlah Allah pun Maha Melihat dan Maha Menyaksikan.